KOPRI REBI PMII Salatiga
KOPRI
(KELEMBAGAAN KOPRI DAN STUDI GENDER)
(KELEMBAGAAN KOPRI DAN STUDI GENDER)
Kata “Gender” berasal dari bahasa Inggris “Gender” berarti “jenis kelamin”. Dalam Webter New World Dictionary, gender diartikan sebagai “perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku”. Didalam Women Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep cultural yang berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Konsep gender yakni suatu hal yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikontruksi secara social maupun cultural sejarah perbedaan gender (gender difference) antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu, terbentuknya perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal, diantaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat bahkan dikontruksi secara sosial dan kultural melalui ajaran keagamaan maupun Negara.
Konsep penting yang harus dipahami dalam rangka membahas masalah kaum perempuan adalah membedakan antara konsep seks (jenis kelamin) dan konsep gender (konstruksi sosial). Pemahaman terhadap perbedaan antara konsep seks dengan gender sangat diperlukan untuk melakukan analisis dan memahami persoalan-persoalan mengenai ketidak adilan social yang menimpa kaum perempuan. Hal ini disebabkan karena adanya kaitan antara perbedaan gender (gender difference) dan ketidak adilan gender (gender inequlities) dengan struktur keadilan masyarakat secara lebih luas. Pemahaman atas konsep gender sangat diperlukan mengingat dari konsep ini telah melahirkan suatu analisis gender.
Gender artinya suatu konsep, rancangan atau nilai yang mengacu pada sistem hubungan sosial dengan membedakan fungsi serta peran perempuan dan laki-laki dikarenakan perbedaan biologis atau kodrat, yang oleh masyarakat kemudian dibakukan menjadi “budaya” dan seakan tidak lagi bisa ditawar, ini yang tepat bagi laki-laki dan itu yang tepat bagi perempuan. Apalagi kemudian dikuatkan oleh nilai ideologi, hukum, politik, ekonomi, dan sebagainya. Atau dengan kata lain, gender adalah nilai yang dikontruksi oleh masyarakat setempat yang telah mengakar dalam bawah sadar kita seakan mutlak dan tidak bisa lagi diganti. Jadi, kesetaraan gender adalah suatu keadaan dimana perempuan dan laiki-laki sama-sama menikmati status, kondisi, atau kedudukan yang setara, sehingga terwujud secara penuh hak-hak dan potensinya bagi pembangunan disegala aspek kehidupan berkeluarga, berbangsa dan bernegara.
Kopri adalah badan semi otonom yang setrukturnya disesuaikan dengn hirarki struktur PMII yang mewadahi dan mengadvokasi gerakan perempuan PMII. Lembaga ini bersifat hirarkis dan bertanggung jawab pada pleno KOPRI PMII. Hubungan KOPRI dan PMII ditunjukkan sejalan dengan garis koordinasi dan intruksi.
A. Sejarah dan Gerakan Perempuan di PMII (KOPRI)
Pada saat PMII didirikan KOPRI memang belum ada. Yang ada hanya devisi keperempuanan. Hal ini bukan lantaran peran perempuan sangat kecil, melainkn lebih dikarenakan kepraktisan. Maksudnya, dalam devisi keperempuanan ini dikalangan perempuan PMII bisa lebih fokus memusatkan perhatianya mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan dunianya. Sayang saat itu dunia perempuan hanya sebatas memasak, menjahit dan dapur.
Lahirnya KOPRI berawal dari keinginan kaum perempuan untuk memiliki ruang sendiri untuk beraktifitas sehingga mereka dapat bebas mengeluarkan pendapat atau apapun. Keinginan tersebut didukung sepenuhnya oleh kaum laki-laki pada saat iyu, Kopri Pergerakan Mahasiswa Islam putri (KOPRI) lahir pada tanggal 25 November 1967 di Semarang, dengan status semi otonom yang sebelumya follow up atas dilaksanakanya training kepurian. Pada saat berdirinya KOPRI hanya semata-mata sebagai wadah monilisasi perempuan, alasan mengapa ada KOPRI tak lain karena dirasa penuh untuk mengorganisir kekuatan perempuan PMII untuk bisa menopang organisasi yang menaunginya (PMII)
Walaupun KOPRI merupakan bagian dari komunitas NU dan saat itu masih menjadi partai, tetapi tidak ada kaitanya sama sekali dengan terbentuknya KOPRI, baik itu alasan poitis, kepentingan sesaat, maupun tunggangan kepemimpinan Soeharto, trend isue serta suara perempuan pada saat itu dihisab oleh keberadaan penguasa yang dikenal otoriter serta menghegemoni seluruh kekuatan yang ada pada masyarakat. Namun, walaupun demikian itu bukanlah masalah yang berarti bagi KOPRI, karena PMII memiliki pola dan karakter gerakan yang masifagres, keterpurukan KOPRI itu bisa ditutupi dengan baik.
Klaim tentang kesadaran gender pada PMII membangun argumentasi bahwa pembubaran KOPRI merupakan suatu keharusan. Karena KOPRI hanya mengakibatkan eksklusifitas perempuan di PMII. Organisasi perempuan sebagai subordinat dari organisasi lain dianggap memberi legitimasi terhadap stereotype perempuan sebagai makhluk subordinate dan kontra produktif terhadap gerakan perempuan untuk penyadaran, kesetaraan, pemberdayaan akses dan advokasi perempuan.
Cabang-cabang KOPRI yang membuat keputusan meleburkan diri dengan PMII bereksperimen untuk berkompetisi dengan warga PMII lainya dengan mengandalan seleksi alam. Kader KOPRI dilanda syndrome inferior untuk menanamkan diri sebagai bagian dari KOPRI. Mereka lebih nyaman menjadi PMII tau menjadi bagian dari wadah lain (aal bukan KOPRI). Disisi lain adalah fenomena kemandegan KOPRI, dimana eksis secara struktural tapi tidak melakukan apa-apa dan beberapa cabang KOPRI yang merasa tidak terganggu dn enjoy menjadi bagian dari PMII dengan alasan adanya sinegritas antara PMII dan KOPRI. Tidak dipungkiri bahwa pembubaran KOPRI pada kongres xiii di Medan pada tahun 2000 merupakan salah satu pengaruh dari euforia gerakan kesadaran gender.
Unuk menunjukkan bahwa PMII adalah organisasi pre demokrasi dan HAM sehingga dia tidam memandang laki-laki dan perempuan secara dikotomis. Akan tetapi sebagai berikut : pertama, marginalisasi perempuan di pengurusan PMII sisetiap level kepengurusan. Kedua, munculnya krisis kader perempuan dalam PMII. Pada saat itu dilaksanakanya MAPABA di PMII biasanya separuh atau lebih merupakan kader perempuan. Mayoritas dari mereka hanya sempat mengikuti MAPABA dan setelah itu seleksi alam akan menentukan apakah seorang kader perempuan akan bertahan atau tidak.
Berdasarkan forum musyawarah yang diamanatkan oleh Kongres XIV di kutai Kertanegara Kalimantan Timur untuk membuat pertemuan POKJA perempuan PMII pada tanggal 26-29 September 2003 yang menghasilkan ketetapan bahwa dibentuk kembali keorganisasian wadah perempuan yang bernama KOPRI (korps PMII putri) yang merupakan sebagian integral dengan PMII di Jakarta pada tanggal 29 September 2003 dimana PB KOPRI berpusat di Jakarta.
Untuk mempermudah mempelajari sejarah gerakan KOPRI, dapat dilihat pada kolom dibawah ini.
No Periodesasi Bentuk Gerakan Gagasan
1. 1960-1966 Devisi Keperempuanan Gerakan Perempuan PMII lebih fokus memusatkan perhatian menangani masalah-masalah domestik Seperti halnya menjahit, memasak dan mengenai masalah dapur.
2. 16 Februari 1966 Training khusus Keputrian Panca Norma KOPRI dan gagasan pebetukan badan semi otonom PMII (KOPRI)
3. 25 November 1967 Dibentuk KOPRI Mengorganisir kekuatan kader perempuan PMII serta menjadi ruang gerak dalam mengeluarkan pendapat dan beraktivitas sebatas emansipasi perempuan dalam bidang soaial masyarakat.
4. 11988 Dibentuk sistem ksderisasi sistematis terdiri dari kurikuum dan pelaksana LKK (Latihan Kader KOPRI dan LPKK (Latihan Pelatih Kader KOPRI)
5. 28 Oktober 1991 Lahir NKK (Nilai Kader KOPRI) pada kongres X tahun 1991 di Asrama Pondok Gede Jakarta.
6. 2000 KOPRI dibububarkan Pembubaran KOPRI pada kongres XIII tahun 2000 di Medan
7. 2003 Amanat pertemuan POKJA Perempuan Kongres ke XIV di Kutai Kartnegara Kalimantan Timur mengamanatkan, membuat pertemuan POKJA Perempuan PMII.
8. 26-29 September 2003 Pertemuan POKJA perempuan Gagasan dilahirkan keorganisasian wadah perempuan
9. 29 September 2003 KOPRI Dibentuk kembai keorganisasian wadah perempuan yang bernama KOPRI.
10 2003-2014 KOPRI KOPRI daerah masing-masing memuat sistem kderisasi KOPRI.
11. 2014 KONGRES XVII di Jambi Lahirnya IPO (Ideologi Politik Organisasi) KOPRI.
12. 2014-2017 KOPRI KOPRI PB mensistematiskan modul tungga kaderisasi nasional KOPRI.
B. Profit KOPRI
Nama :Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri disingkat KOPRI.
Pendirian :KOPRI didirikan 25 November 1967.
Azaz :KOPRI berazaslkan Pancasila
Visi :”TERCIPTANYA SINERGITAS KOPRI DALAM MENGAWAL DAN MEMPERKUAT KEPEMIMPINAN NUSANTARA”
Misi :
MENJADIKAN KOPRI SEBAGAI KAWAH CANDRA DIMUKA.
TEMPAT PENGKADERAN PEMIMPIN PEREMPUAN NUSANTARA.
MENTRANSFORMASIKAN PEMAHAMAN GENDER DI TINGKATAN MAHASISWA DAN MASYARAKAT.
MEMPERKUAT SIMPUL GERAKAN KADER PEREMPUAN DI NUSANTARA
MEMPERKUAT KADERISASI PEREMPUAN MELALUI PENINGKATAN CAPACITY BUILDING KADER.
MENGEMBANGKAN DAN MEMPERKUAT INSTITUSIONAL KOPRI DI SEMUA LEVEL KEPENGURUSAN.
MEMPERLUAS NETWORKING TINGKAT REGIONAL, NASIONAL MAUPUN INTERNASIONAL.
Panca Norma KOPRI
Panca norma KOPRI dicetuskan pada tanggal 16 Februari 1966 pada saat pelaksanaan Training Cours Keputrian I di Jakarta. Bersamaan dengan pelaksanaan Mukernas I, yang berisi:
a. Emansipasi Wanita
Emansipasi wanita berarti memberikan hak-hak dan kesempatan bagi wanita sederajat, setingkat dan seirama dengan kaum pria. Bukan pemberian hak-hak karena penghargaan atau perbedaan naluri itrahnya justru karea dia wanita.
Tuntutan akan hak-hak wanita, meliputi segala segi kehidupan baik politik, sosial ekonomi maupun budaya. Hak ini merupakan tuntutan nurani yang mendorong manusia berkeinginan, berkehendak dan sebagai realisasi dan manifestasi dari ajaran Islam.
Perjuangan hidup baik didalam bidang politik, sosial, ekonomi maupun budaya adalah suatu tuntutan yang bagi kita mempunyai ukuran-ukuran yaitu didasarkan atas perbedaan struktur rohaniah jasmaniah dan kondisi ruang dan waktu.
Pembatasan atas hak adalah kewajiban yaitu suatu langkah dan tindakan yang harus ditempuh lebih dahulu. Ini berarti bahwa kewajiban harus mendapat tempat yang lebih utama dari pada tuntutan akan hak.
Manifestasi dari pada itu ialah mengorbankan kaum perempuan untuk berjuang menyelami dan terjun dalam langkah perjuangan politik, sosial, ekonomi, budaya, dalam mana kewajiban seorang putri telah terpenuhi dan akan berjalan seiring dengan hak-hak yang ditintitnya.
b. Etika Wanita Islam
Ajaran tentang hak batal, bear salah, baik buruk, bermoral imoral adalah suatu persoalan etik. Etika yang dimaksud adalah Al-Qur.an dan As-Sunnah yaitu etika Islam. Etika yang meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan, baik dalam bentuk pengabdian kepada takdir maupun hubungan antara manusia dengan manusia dan perkembangan kebudayaanya.
Pengabdian kepada Tuhan adalah bentuk pengabdian tertinggi yang merupakan gerak hidup yang disandarkan atas taqwallah degan beramal ma’ruf nahi munkar, membuat jiwa keimanan, keikhlasan sera tawadhu’,dan khusyuk.
Hubungan antara manusia diperlukan keharmonisan, keserasian dan penyesuaian akan arus perkembangan dan perubahan zaman yang berpegang kepada ajaran agama dan etikpergaulan adalah suatu kemutakan, sehingga prinsip perorangan yang tidak hanya terseret oleh arus tanpa arah dapat terkendalikan secara positif.
Etika pergaulan yang diartikan dengan tata cara pergaulan” mempunyai arti relatif. Anggapan sopan bagi suatu bangsa akan berbeda dengan bangsa lain, dan pandangan benar bagi suatu ajaran menempatkan hal yang sama. Garis penegas yang positif bagi realisasi bentuk-bentuk itu adalah pandangan agama mengenai suatu ajaran yang mempunyi norma-norma hukum nasional maupun internasional.
Arus budaya yang senantiasa berkembang mendapat tempat dalam masyarakat. Pososisi menarik bukan lebur tertarik adalah suatu norma bagi PMII, perkembangan budaya sebagai hasil pikiran harus diarahkan, diisi dan dijiwai ajaran agama, moral nasional an kepribadian bangsa.
c. Watak PMII Putri dalam Kesatuan dan Totalitas Berorganisasi
KOPRI adalah bagian dan organ organisasi yang tak terpisahkan dari PMII. Ia sebagai organ bukan merupakan kesatuan yang terpisahkan dan berdiri sendiri dalam kesatuan tubuh. Tetapi ia merupakan suatupaduan dan persenyawaan yang tanpa mearutksn sifat dan ciri-ciri kewanitaanya yang dibawanya sbaai fitroh dan kondisi potensial yang dimilikinya.
Selagi organ yang tak terpisahkan ia melakukan perjuangan yang senada dan seiring, selangkah dan seirama, maju dalam berbagai bidang tujuan organisasi, bidang kepemimpinan dan interpartemental merupakan suatu bentuk lapangan perjuangan akan tuntutan sosial wanita dimana tugas-tugas dan peranan organisasi tidak dibedakan.
Sebagai mahasiswa putri Islam, walaupun keorgananya tidak terpisahkan, tetapi ia mempunyai sikap hidup dan pandangan, langkah serta tindakan yang berbeda dengan mahasiswa diluar Islam. Bahkan berbeda dengan mahasiswa putri diluar Ahlusunnah Wal Jama’ah.
Suatu kesatuan dalam loyalitas berorgannisasi adalah bentuk antara PMII putri dan PMII merupakan suatu paguyuban. Tetapi garis pemisah yang terbatas dengan norma dan kaedah-kaedah agama suatu tuntutan mutlak memberikan tabir dan benteng ukuran moral dan watak positif sehingga moral dan amalan syariat bisa terjamin karenanya.
d. Partisipasi KOPRI terhadap Neven-Neven Organisasi
Sebagai organ yang memihak pada ideologi partai maka neven rganisasi yang berafiliasi terhadap partai adalah juga alat perjuangan yang senanda dan seirama, seiring dan berdampingan dalam mencapai tujuan bersama dan tujuan yang sama.
Sikap masa bodoh, sikap rendah diri, sikap penakut dan nrimo adalah suatu bentuk yang tidak seharusnya ada bagi PMII putri, justru emansipasi wanita seharusnya sebagai bentuk adanya PMII putri shingga sifat-sifat kerendahan itu dapat dilenyapkan.
Usaha-usaha kongkrit kearah itu yang dapat dilakukan adalah turut meningkatkan kemampuan-kemampuan dan daya perjuangan dalam berorganisasi khususnya terhadap Muslimat, Fatayat dan IPPNU baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi perkembangan budaya maupun dalam Bidang-bidang yang lebih luas dengan didasarkan atas kondisi tempat dan waktu sekarang.
Bidang-bidang praktis yang dilakukan dalam usaha partisipasi ini meliputi bidang-bidang organisasi, administrasi, latihan-latihan kepemimipinan, pendidikan dan pengajaran kebudayaan, dakwah Islam dalam perkembangan organisasi maupun dalam bentuk sosial kemasyaraktan yang lain yang menyangkut peri hidup wanita dalam hubunganya dengan perjuanfan agama dan revolusi.
e. Partisipasi PMII putri terhadap kegiatan-kegitan masyarakat
Pengabdian terhadap masyarakat merupakan suatu amanat Tuhan. Ia merupakan amalan ibadah kalau pengabdianya itu diirigi niat yang ikhls dan pembaktian kepada Tuhan Jurang pemisah antara perkuliahan dan masyarakat mutlak ditolak dan organisasi berarti jabatan emas penghubung antara keduanya.
PMII putri sebagai mahasiswa dan anggota masyarakat, akan menyatakan dwi tunggal antara ilmu dan amal, antara teori dan perbuatan, berusha merealisasikan satunya kata dan perbuatan yang ikut serta secara aktif dalam seluruh kegiatan dan aktifitas masyarakat selagi ia tidak bertentangan dengan norma-norma agama.
PMII putri sbagai wanita realistik,mampu menyelesaikan tugas-tugas kemasyarakatan dan tugas-tugas ini akan diselesaikan kalau tugas-tugas dan bentuk-bentuk kegiatan masyarakat itu semata-maa mengarah kepada kepentingan agama, nusa, bangsa dan revolusi.
Secara kongkrit ia akan mendharmabaktikan dalam seluruh bentuk kehidupan baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi, pendidikan mauun dalam perkembangan kebudayaan.
Suatu pembaktian yang mesti dituntut lebih dahulu agar tidak menyimang dari norma-norma agama, revolusi dan kemasyarakatan adalah usaha mutlak untuk mempelajari hukum-hukum dan ajaran agama doktrin revolusi dan pengetahuan masyarakat Indonesia.
VISI DAN MISI KOPRI
Visi :
Kopri adalah wadah untuk menghimpun seluruh Pegawai Republik Indonesia demi meningkatkan perjuangan, pengabdian serta kesetiaan kepada cita-cita perjuangan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan Undang-Unang Dasar 1945 bersifat Demokratis, Mandiri, Bebas, Netral, dan Bertanggung jawab.
Misi :
1. Meningkatkan kesejahteraan dan profesionalisme para anggotanya.
2. Sebagai pengayom para anggotnya.
3. Sebagai mitra kerja yang aktif dalam proses pengambilan keputusan dan kebijaksanaan instansi yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PERAN PENTING KOPRI BAGI PMII
Kopri merupakan bagian dari instrument membumikan ideologi Aswaja, oleh karena itu, kader Kopri harus cerdas mengurai secara sistematis tentang Aswaja serta posisi dan pembacaannya terhadap konteks kebutuhan terkini untuk sebuah misi pembebasan dari ketidakadilan. Kekerasan, marginalisasi, stereotype, subordinasi, dan beban ganda masih sangat akrab dengan perempuan Indonesia. Apabila pergerakan kader Kopri masih stagnan dan setia berjalan di tempat, jangankan berkontribusi untuk membawa perubahan, dikenal masyarakatpun tidak. Karenanya, perempuan harus kuat dan progresif dalam mengamalkan ilmunya, proaktif melepaskan belenggu yang mengikat kaki dan tangannya, tidak hanya dirinya namun juga saudara sesama manusianya yang disebut perempuan.
Tidaklah mungkin, perjuangan tanpa ideologi yang jelas, dunia tanpa ideologi akan hancur dan berantakan, begitupun juga dengan Kopri, garis perjuangan politik atau jihad sistematis yang berlandaskan Aswaja harus tertata dan dijiwai dengan tepat. Pembacaan teks dan konteks keadaan harus dibaca dengan cermat dan tegas oleh perempuan. Nilai tawar, penyaluran kader, jelas mesti di perkuat di berbagai sektor. Tentu tidak hanya dalam ranah politik, namun penyaluran kader mesti harus sesuai dengan minat dan bakat kader itu sendiri.
TIGA PILAR KADER PUTRI
Berdasarkan kurikulum PB Kopri PMII, terdapat tiga pilar yang harus diperjuangkan oleh kader putri.
1. Pertama, Al-Khuriyah atau pembebasan (kemerdekaan), kader putri harus mempunyai dasar dan mental yang kuat untuk membebaskan dirinya sendiri terlebih dahulu, bebas dari kebodohan, kejumudan, dan taqlid terhadap teks-teks yang mengurung untuk berdzikir, berfikir, dan beramal shaleh lebih luas lagi. Setelah itu, kader putri harus memberikan dampak positif untuk menyumbangkan pikiran dan jiwanya lebih luas lagi, yaitu mengamalkan ilmu dan pengetahuannya untuk terbentuknya tatanan sosial yang adil makmur.
2. Kedua, Al-Adalah atau keadilan, adil sejak dalam pikiran apalagi perbuatan. Itulah representasi dari Aswaja yang tidak hanya dimaknai sebagai manhaj al fikr, namun juga alharakah maupun assiyasah.
3. Ketiga, AlMusawwamah atau kesetaraan, yang dimaksud di sini adalah kesetaraan kesamaan hak untuk mendapatkan ruang dan akses publik untuk mengamalkan ilmu dan pengetahuan seluas-luasnya.
Aswaja Kopri hadir bukan hanya hadir berdimensi dengan nuansa spiritual, akan tetapi harus mampu tampil sebagai narasi yang bisa memberikan solusi untuk bangsa. Seperti, penyadaran budaya patriarki, kapitalisme pasar, imperialisme atau penjajahan gaya baru, dan fasisme religius atau pemasungan hak-hak perempuan dengan dalil agama, sehingga muncul tafsir misogenis. Tidak kalah penting, untuk terwujudnya misi Nahdlatun Nisa’, kader Kopri juga harus melek dan cakap dalam dunia literasi sebab kita tidak dapat membendung perubahan monopoli zaman yang kerap disalahgunakan. Kader Kopri harus turut mengambil peran membendung isu-isu yang menggelembungkan ketidakharmonisan Islam dan Indonesia, karena asas dari Kopri adalah Pancasila, serta berkontribusi untuk menyampaikan pesan dan gagasan perubahan dengan matang melalui media massa maupun media sosial. Oleh karena itu cakap dalam orasi, literasi, dan aksi adalah rumus untuk mewujudkan Nahdlatun Nisa’ dapat lahir dari rahim Kopri.
MEMBANGUN CITRA DIRI KADER KOPRI
a. Intelektual Akademik
Pilihan untuk bergumul dalam dunia Intelektual Akademik ini searusnya memang erupakan sesuatu yang intern dalam diri kader. Karena mengingat kader KOPRI merupakan instan akademik dalam posisi sebagai mahasiswa aktif yang lekat dengan atribut intelektual.
b. Gerakan Perempuan dan Advokasi Sosial
Gerakan merupakan bagian dari caa penyampaian aspirasi dan bentuk perjuangan kader. Maraknya gerakan perempuan Indonesia sejak terbukanya peran demokrasi telah menjadi bahasan sendiri dala agenda global di Indonesia.geakan perempuan ini menemukan momentumnya seiring dengan membesarnya persoalan yang menimpa kaum perempuan.
c. Politisi dan Aktivitas politik
Menjadi politisi atau menggeluti aktivitas politik bagi kader KOPRI. Keterlibatan mereka dalam wilayah ini masih ditampakkan dengan sikap malu-malu baik ketika mereka masih menjadi mahasiswa atau ketika menyandang gear alumni.
d. Profesional
Kader yang menentukan pilihan ini dalam hitungan jari. Pasalnya kader KOPRI yag memiliki titik kecenderungan menekuni sebuah profesi secara profesional (dianggap kurang populer) terutama politik. Hal ini bisa dimaklumi karena mereka tidak dapat enjoy dan mengaktualisasikan gagasanya mengingat iklim yang tecipta tidak (belum) kondusif.
e. Kelompok sosial keagamaan
Inilah pilihan citra diri kader KOPRI yang menempatiposisi mayoitas. Posisi mereka pada posisi soial keagamaan mau jujur sesungguhnya bukanlah pilihan prioritas. Bermodal basic pendidikan pesantren yang sarat nilai-nilai agama membuat kader KOPRI banyak mengambil pilihan dalam bidang sosial keagamaan. Pilihan ini terlihat dari aktivitas mereka ketika masih terlibat dalam oorganisasi PMII.
Komentar
Posting Komentar